Senin, 14 Maret 2011

MERDEKA BUNG!

Tulisan ini adalah lanjutan dari hasil “pencarian” terhadap pertanyaan “mengapa kita mesti dituntut mencukupi dirinya sendiri?”. Wah, mesti sekolah dulu di Fakultas Filsafat kalau mau tuntas jawabannya. Mesti cari gua dulu buat bertapa kali ya, biar ketemu hakekatnya? Tapi mari kita sederhanakan saja cara berpikirnya, mungkin dapat membantu kita menyusun kepingan-kepingan gambar sehingga lebih jelas gambar besar yang akan kita buat. Ya, mirip kita bermain puzzle. Temukan dulu titik dimana kita memulai, lalu cari kepingan terdekat yang berhubungan. Mari kita mulai.
Beberapa waktu lalu kita telah sampai pada pertanyaan “Sudahkan anda memiliki penghasilan”? Namun mari kita urai dulu kemungkinan, yaitu: belum dan sudah. Jika belum, tentu kita harus berusaha mencari penghasilan. Agar kita layak mengelola aset yang kita miliki, dari manapun asalnya. Ya, Layak mengelola aset.
Logikanya begini, orang tua kita ingin menghadiahkan mobil untuk kita, sudah barang tentu pertimbangannya adalah kemampuan kita untuk merawat mobil tersebut. Ada anggarannya tidak? Kalau tidak maka kita tidak layak untuk mendapatkan hadiah tersebut. Mubadzir! begitu kata pak ustadz. Padahal kita ingin punya mobil.
Lain halnya jika jawabannya adalah sudah, maka kita sendiri yang akan memutuskannya menerima atau menolak hadiah tersebut. Bisa jadi kita akan berkata” Ayah, mohon maaf hadiah mobilnya ditunda dulu, ya. Tunggu Saya punya anggaran untuk merawatnya.” atau “baik, Yah. Saya terima biar perawatannya saya yang biayai sendiri.” dari 2 jawaban diatas Anda bisa merasakan perbedaannya?
Nah disitulah letak “MERDEKA”. Kita mampu memutuskan apa yang akan kita kelola sendiri. Jadi Bagaimana dengan Anda? MERDEKA, BUNG!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan memberikan komentar produktif, monggo..